9/07/2010

Kisah Pedalaman

Pagi nan menusuk... mungkin kalimat yang cocok untuk memulai aktivitas pada saat itu, soalnya pas pagi jam 6 sudah harus mandi, mana bulan ramadhan.....

Perjalanan hari itu di mulai dari depan rumah, di jemput innova hitam pas depan rumah (jarang-jarang neh, biasanya juga naik supra andalan...), rencana saat itu adalah berkunjung ke sebuah perusahaan tambang yang berada di pulau sebuku (tapi cerita ini bukan tentang perusaahaan itu).

Perjalanan pun berlanjut dari rumah menuju pelabuhan kecil di pulau laut, tepatnya di daerah Teluk Gosong, sebuah teluk kecil dengan pelabuhan kayu sebagai tempat bersandar kapal-kapal ikan atau speedboat sebagai alat transportasi ke pulau sebuku.


Menumpang speedboat menuju pulau sebuku, melintasi selat sebuku dengan waktu tempuh kurang lebih 45 Menit, akhirnya berada di sebuah sungai kecil sebagai jalan masuk ke desa Kanibungan-Pulau Sebuku.

Nama sungai tidak tahu, tapi nuansa masuk dan menyusuri sungai ini sangat indah dan naturalis, mirip seperti yang ada di National Geographic, atau Animal Planet.... (sayang lupa bawa si Canon, cuman pake si Pentak-pocket....Hiks).


Kadang tertegun saat melihat indahnya sungai yang ada di pulau ini, jujur bagiku sangat jarang sekali bagiku traveling ke daerah remote seperti ini, nuansa ini adalah yang menjadikan kita seharusnya bangga terhadap Indonesia. Warna air sungai memang tidak sebening yang ada dalam siaran Discovery Channel, mungkin karena kondisi air payau atau karena ekosistem bakau pada sungai ini.

Ekosistem Bakau pada pulau ini termasuk dalam kawasan Cagar Alam daerah Pulau Sebuku, bayangkan ekosistem ini sangat khas, artinya tidak semua tumbuhan dapat hidup di lingkungan ini, hanya yang lolos proses evolusi dan adaptasilah yang mampu hidup di sini.



Sepanjang sungai banyak sekali vegetasi khas bakau, yang mungkin merupakan ciri lokal dari ekosistem bakau Pulau Sebuku (mungkin seh...), dari muara sungai, terlihat banyak pohon dengan akar yang menjulang keatas, menurut paman google, akar-akar yang mengarah keatas disebut akar napas (pneumatophore) yang muncul dari pekatnya lumpur untuk mengambil oksigen dari udara. Pada bagian sisi dalam sungai banyak sekali pohon nipah (Nypa fruticans), buahnya bisa di makan, rasanya seperti nyiur muda, terdapat juga Pohon Api-api (Avicennia) serta Paku Laut (Acrostichum aureum).

Selain itu, sepanjang jalan menyusuri sungai, ada beberapa monyet bergelantungan mencari makan, bahkan ada yang jenis Bekantan (Nasalis larvatus), si monyet berwarna emas dengan hidung mancungnya yang khas. Jenis burung juga banyak terlihat bertengger di pohon bakau atau di pohon api (inilah yang membuatku sakit hati saat si canon tidak ikut, karena tidak bisa mengabadikan si kawanan Aves).

Saat sore hari, berarti waktunya untuk kembali dari traveling kerja, kembali ke peraduan terutama...untuk buka puasa....lapeeeeeeerrr euy...
Nah pada saat perjalanan pulang ini, ada sebuah pemandangan lucu namun membuat miris hati.. inikah geliat ekonomi daerah pedalaman, kurang infrastruktur..!

Indonesiaku....
Indonesia yang menggoda naluri untuk menjelajahi daerah terpencil...
Indonesia yang menyayat hati saat melihat rakyatnya masih terpencil..
Indonesia.....


Untuk foto On Board dapat dilihat di sini.
Beberapa info di copy dari sini,

0 comments: